BAB
I
PENDAHULUAN
A. Material : Besi dan Baja
BESI
I.
Sejarah
Besi
Besi (Fe) merupakan salah satu logam yang
mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih di
zaman modern seperti sekarang. Kelimpahannya juga sangat besar, 50.000 ppm atau
5% dan merupakan jenis logam terbanyak kedua di kulit bumi. Karena
kelimpahannya yang sangat besar itulah maka besi banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dan industri konstruksi. Besi berada dalam bentuk
senyawanya, terutama sebagai bijih besi, yang mengandung Fe2O3 (hematite), Fe2O3.H2O (limonit), Fe3O4 (magnetic), FeCO3(siderite), dan FeS2 (pirit). Besi yang tersedia untuk orang dahulu dalam
jumlah kecil dari meteor. Produksi besi
oleh manusia mungkin mulai beberapa waktu setelah tahun 2000 SM di
selatan-barat atau selatan-Asia Tengah, mungkin di wilayah Kaukasus. Jadi mulai
Zaman Besi, ketika besi diganti perunggu dalam mengimplementasikan dan
senjata. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
II.
Kelebihan dan Kekurangan Logam Besi
Logam ini yang paling banyak dan paling beragam
penggunaannya, karena beberapa hal, diantaranya:
·
Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar
·
Pengolahannya relatif mudah dan murah dan
·
Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan
mudah dimodifikakan.
Adapun kelemahan besi adalah mudah
mengalami korosi. Korosi
menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah
dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel),
akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi. Di udara
besi mudah mengalami korosi, yaitu proses perusakan (keropos) pada permukaan
besi yang disebabkan reaksi dengan oksigen membentuk oksida besi, yang dalam
kehidupan sehari-hari dikenal sebagai karat besi. Korosi besi berlangsung
sangat cepat pada kondisi lembab dan adanya garam.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam
contohnya Zink dan Magnesium dapat melindungi besi dari korosi. Cara-cara
pencegahan korosi besi dengan beberapa cara:
1. Pengecatan.
Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan
udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena
keduanya melindungi besi terhadap korosi.
2. Pelumuran
dengan Oli
atau Gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan
mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air.
3. Pembalutan
dengan Plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan
keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara
dan air.
4. Tin Plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan
dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah tergolong
logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama
lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya
tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi
karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu,
besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan
besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi
hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Galvanisasi
(pelapisan dengan Zink). Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain
dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari
korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme
yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi
lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk
sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi
dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada
umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.
6. Cromium
Plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium
untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium
plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium
dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
Sacrificial Protection
(pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti
lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan
besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan
untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut.
Secara periodik, batang magnesium harus diganti.
Dalam industri, besi diisolasi
melalui proses reduksi dari oksidanya, Fe2O3, atau
oksida-oksida besi lainnya yang terkandung dalam bijih besi. Zat pereduksi yang
digunakan adalah gas karbon monoksida (CO) pada suhu tinggi. Agar besi tahan
karat maka besi dicampurkan logam-logam lain yang memenuhi syarat, yaitu sifat
fisika dan sifat kimianya yang mirip besi.
Baja
merupakan produk utama industri besi-baja. Baja tahan terhadap pengaruh
lingkungan mudah dibentuk dan ditempa, memiliki kekerasan yang baik, mengandung
0.02%-1.5% karbon.
III.
Macam-macam besi
Berdasarkan kadar karbon dan
unsur-unsur lain yang terdapat didalamnya, besi dapat dibedakan menjadi:
1. Besi Tuang, yaitu besi yang
dihasilkan dari tanur tinggi. Sifat besi tuang antara lain:
a. Mengandung 3%-6% karbon serta
sejumlah kecil silicon, mangan , fosfor,dan belerang.
b. Sangat keras tetapi rapuh.
c. Tidak dapat ditempa
d. Titik
leleh rendah.
Berdasarkan
sifat ini, besi tuang mudah digunakan pada alat-alat yang dibuat dengan
cetakan, seperti kaki mesin jahit, setrika, lumpang besi , dan sebagainya.
Karena titik lelehnya rendah maka mudah dicairkan dan dituangkan ke dalam
cetakan.
2. Besi
Baja
Sifat
besi baja antara lain:
a.
mengandung 0.02%-1.5% karbon.
b. keras
tetapi dapat ditempa
c. tahan
korosi
3. Besi
tempa
Sifat
besi tempa, antara lain:
a.
mengandung kurang dari 0.5% karbon.
b. kurang
keras dan mudah ditempa.
Jenis
besi ini banyak digunakan sebagai bahan baku untuk produk paku, kawat, besi
beton, dan sebagainya.
IV.
Pengolahan besi dari bijinya
Prinsip
pengolahannya:
Besi
dihasilkan dari oksida besi (Fe2O3), melalui reaksi reduksi dengan karbon
monoksida pada suhu relatif tinggi (>15000C). Reduksi berlangsung beberapa
tahap, dan reaksi yang terlibat bersifat reversible, di mana kesetimbangan
bergantung pada tekanan relatif dari CO dan CO2 dalam tanur tinggi.
Bahan baku
yang digunakan dalam proses pengolahan besi pada tanur tinggi adalah:
1. Biji besi yang digunakan
terutama dalam bentuk hematite, geotit, dan magnetic.
2. Kokas
sebagai zat pereduksi.
Kokas
sebagai sumber karbon berkadar tinggi, dibuat dari pemanasan batu bara didalam
oven kedap udara. Hasil sampingan pembuatan kokas ini adalah gas bakar yang
dapat digunakan kembali sebagai bahan bakar untuk pemanasan oven dan pemanasan
awal tanur tinggi. Hasil samping lainnya adalah benzen, tar, toluen, naftalen,
dan ammonium sulfat.
3. Batu
kapur.
Batu kapur
(CaCO3 ), digunakan sebagai bahan untuk mengikat silika pada reaksi dalam tanur
tinggi. Hasilnya adalah kalsium silikat (CaSiO3 ), yang menjadi ampas buangan
kerak tanur tinggi.
4. Udara
Udara
dipanaskan, ditiupkan dari bagian bawah tanur tinggi untuk membakar karbon
menjadi gas CO2 yang selanjutnya bereaksi lagi dengan karbon membentuk gas CO,
yang nantinya akan mereduksi oksida besi. Rata-rata untuk menghasilkan 1 ton
besi, diperlukan bahan baku 2 ton biji besi, 1 ton kokas, 0.3 ton kapur, dan 4
ton udara.
Pengolahan
besi dari bijinya
1.
Pemanggangan
Biji
hematite (Fe2O3), mula-mula dicuci dengan air sampai bersih dari tanah yang
melekat. Setelah kering hematite tersebut lalu dipanggang. Sejumlah karbonat
atau sulfida ditambahkan yang hasil penguraiannya dapat bersenyawa dengan
silika sebagai pengotor membentuk kerak.
2.
Pencairan
Biji besi
hasil pemanggangan dicampurkan dengan batu kapur dan kokas dengan perbandingan
5:2:1, dan dimasukan ke dalam tanur tinggi. Tanur tinggi adalah menara
berbentuk selinder yang pada bagian menaranya dilengkapi dengan reaktor untuk
menghasilkan temperatur tinggi dalam tanur. Tanur tinggi juga dilengkapi dengan
“cup and cone” untuk memasukan bahan baku melalui bagian atas tanur
tinggi. ”cup” merupakan wadah berbentuk piala , dihubungkan dengan “cone”
yang berbentuk kerucut. Berfungsi sebagai katup yang dapat terbuka dan
tertutup. Selain itu, terdapat saluran untuk melepaskan gas-gas buangan. Ketika
mendekati dasar terdapat dua saluran untuk memisahkan kerak dan cairan besi.
Bagian lain tanur, yaitu bagian tuyer, yang merupakan saluran kecil di mana
suhu udaranya berkisar 5000-7000C, tekanan udaranya dibuat rendah.
Reaksi-reaksi yang terjadi
a. Reaksi
dengan gas pada suhu tinggi
Ketika
udara panas yang telah bebas dari uap air dan sebelumnya dipanaskan pada suhu
5000-7000 C, ditiupkan kedalam layer, gas tersebut akan bereaksi dengan karbon
membentuk gas karbondioksida.
C + O2 CO2 ΔH = -96.96 kkal
Reaksi
berlangsung eksoterm, panas yang dibebaskan menyebabkan temperatur yang sangat
tinggi (>15000C), dibagian bawah tanur. Gas ini terdiri dari gas CO2 yang
akan bereaksi dengan karbon dan direduksi menjadi gas karbon monoksida (CO).
CO2 + C 2CO ΔH = -38.96 kkal
Ketika
reaksi berlangsung endoterm atau menyerap panas, temperature gas menurun
sehingga pada bagian ini temperatur mencapai 12000-13000C. Bagian tanur ini
disebut penyerap panas karena pada saat gas naik, reaksi gas CO2 dengan karbon
pada setiap tahap selalu menyerap panas, maka temperatur bagian dalam tanur
makin ke atas makin berkurang, sehingga saat mendekati saluran pembuangan
temperature mencapai 3000C. Jika ada uap air dalam udara yang ditiupkan,
temperatur menjadi sangat rendah. Dengan persamaan reaksi :
H2O + C CO + H2 ΔH = + x kkal
Reaksi ini
berlangsung endoterm sehingga menyebabkan pemborosan bahan bakar. Untuk
menghindari hal ini udara yang dipanaskan dilewatkan pada silika gel.
b. Reaksi
dengan gas pada suhu rendah
Ketika
campuran yang terdiri dari hematite, batu kapur, dan karbon dijatuhkan ke dalam
tanur tinggi, reaksi pertama yang terjadi adalah ferro oksida direduksi menjadi
oksida magnetic (feroso feri oksida) oleh karbon monoksida pada temperatur
3000-5000 C.
3Fe2O3 +
CO 2Fe3O4 + CO2
(300-5000C) ; ΔH = 8.80 kkal
Pada
daerah feroso ferioksida direduksi menjadi ferioksida dan kemudian menjadi
besi.
Fe3O4 +
CO 3FeO + CO2
(5000-7000C) ; ΔH = 8.80 kkal
FeO +
CO Fe + CO2 (7000-9000C) ; ΔH
= -3.84 kkal
Sehingga
reaksi ferioksida menjadi besi oleh karbon monoksida berlangsung sempurna
sebelum pada daerah penyerapan panas. Jika titik leleh besi lebih besar dari
10000C reaksi besi diperoleh dibagian spon. Hanya pada bagian atas penyerapan
panas, pada temperature 10000-12000C batu kapur terurai menjadi kapur (CaO) dan
CO2.
CaCO3 CaO + CO2
Kapur CaO
bereaksi dengan silika membentuk cairan kalsium silikat yang disebut kerak.
CaO + SiO2 CaSiO3
Pada saat
CaSiO3 memasuki dasar tanur, cairan tersebut menutupi cairan besi dan senyawa
silika menjadi kerak. Cairan logam berkumpul di bagian atas tanur dengan kerak
di bagian atasnya. Ketika cairan terdapat di dalam tanur pada temperatur
1300-15000 C, bijih besi yang kotor (mengandung pengotor seperti fosfat,
silikat, sulfid dan sebaginya), juga direduksi menjadi cairan besi yang
biasanya mengandung sedikit sulfur, silikcon, fosfor, mangan dan ± 3-4% karbon
dalam bentuk karbida seperti simentatit (Fe3C), sehingga besi yang diperoleh
dapat mencapai tingkat kemurnian 92-94 % , dan biasanya disebut “cas iron” atau
besi tuang atau kadang-kadang juga disebut “pig iron”. Besi cair yang
dihasilkan tersebut dikeluarkan melalui bagin bawah tanur tinggi. Kerak yang
kemudian dapat dipergunakan sebagai bahan campuran seman, pembuatan batu bata,
dan sebagai bahan kontruksi jalan. Reduksi didalam tanur tinggi bersifat
reversible gas yang terdapat dalam tanur terdiri dari sejumlah besar karbon
monoksida yang tidak terbakar dan sejumlah kecil hydrogen, metana dan
sebagainya. Dengan komposisi rata-rata 60% N2, 24% CO, 12%CO2 . Gas panas
keluar melalui bagian atas tanur . gas buangan ini bersama debu dialirkan ke
penangkap debu, sehingga debu akan mengendap sedangkan gas buangan yang panas
akan mengalir ke pendingin yang berfungsi menurunkan suhu sehingga gas dapat
dilepaskan ke udara melalui cerobong asap.
BAJA
I.
Sejarah Baja
Baja adalah logam
paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar
antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah
sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi
bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan
selain karbon adalah (titanium), krom (chromium), nikel, vanadium, cobalt
dan tungsten (wolfram). Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan
lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan
karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan
kekuatan tariknya (tensile
strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta
menurunkan keuletannya (ductility).
II.
Klasifikasi baja
·
Berdasarkan kandungan karbon
o
Baja
lunak, yaitu baja yang mengandung kurang dari 0.2 % karbon. Disebut baja lunak
karena mudah dibentuk dan diregangkan. Baja ini bisa digunakan untuk membuat
kabel dan rantai.
o
Baja
medium, yaitu baja yang mengandung 0.2%-0.6% karbon. Baja ini digunakan untuk
membuat rel, balok dan rangka.
o
Baja
karbon tinggi, yaitu baja yang mengandung 0.6%-1.5% karbon. Sifatnya keras,
kaku, biasa digunakan untuk alat-alat logam, per, alat pemotong dan alat rumah
tangga.
·
Berdasarkan proses pembuatan
o
Tanur baja terbuka
o
Dapur listrik
o
Proses oksidasi dasar
·
Berdasarkan bentuk produk
o
Pelat batangan
o
Tabung
o
Lembaran
o
Pita
o
Bentuk struktural
·
Berdasarkan struktur mikro
o
Feritik :
Suatu istilah
yang biasanya diterapkan kepada sekelompok baja stainless dengan konten kromium
dalam kisaran 12 - 18o dan yang strukturnya sebagian besar terdiri dari ferit
o
Perlitik : Campuran lamellar dari
sementit dan ferit yang terbentuk selama pendinginan dari austenit, sebuah
konstituen dari besi baja dan cor
o
Martensitik : bentuk
yang sangat keras dari baja struktur kristal, tetapi
juga dapat merujuk pada setiap struktur kristal yang dibentuk oleh transformasi
displacive
o
Austenitik : Baja
yang mengandung persentase yang tinggi dari unsur-unsur paduan tertentu seperti
mangan dan nikel yang austenitik pada suhu kamar dan tidak dapat dikeraskan
dengan perlakuan panas yang normal tetapi melakukan pekerjaan mengeras
·
Berdasarkan kegunaan dalam konstruksi
o
Baja Struktural
o
Baja Non-Struktural
·
Berdasarkan
komposisi dan jenis logam transisi yang dicampurkan, baja dibagi menjadi:
o
Stainless
steel : baja tahan karat mengandung Cr 19%, Ni 9%, dan Fe 72%.
o
Baja
krom : baja yang tahan karat tahan panas mengandung 12%-18% Cr.
o
Baja
nikel : baja tahan karat dan keras, mengandung 25% Ni.
o
Baja
mangan : baja sangat keras mengandung 11%-14% Mn.
o
Dan
lain-lain.
III.
Proses Pembuatan baja.
Untuk
membuat baja , maka “pig iron” atau besi tuang yang dihasilkan dari
tanur tinggi, harus dimurnikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar karbonnya
(dari 5% diturunkan sampai di bawah 1.5 %), dan untuk menghilangkan bahan/unsur
lain yang mengotori besi (belerang, fosfor, silikon dan sebagainya) dilakukan
pemurnian melalui berbagai metode, yaitu :
1. Proses Bassemer
Proses
Bassemer dikembangkan di Inggris tahun 1856. Sejumlah leburan besi tuang dari
tanur tinggi dimasukan ke dalam Converter Bassemer (yaitu tanur untuk Proses
Bassemer).
Dalam metode ini, ke dalam
Conventer Bassemer ditambahkan senyawa lain seperti dolomite ( MgCO3 dan CaCO3), untuk
mengikat zat pengotor di dalam besi. Sambil diputar terus dibawah tanur,
melalui lubang-lubang dibawah tanur dimasukan gas oksigen agar bereaksi dengan
karbon, silikon, fosfor dan belerang menjadi oksida-oksidanya. Oksida-oksida
ini akan diikat oleh oksida-oksida magnesium dan kalsium (MgO dan CaO) sebagai
hasil penguraian MgCO3
dan
CaCO3
yang
sebelumnya dimasukan, menjadi kerak yang mengapung diatas cairan besi.
Selanjutnya besi cair yang sudah mendekati murni dikeluarkan melalui lubang
pada converter. Dan kerak yang tertinggal dalam converter dapat dibuang.
Jenis baja
yang dihasilkan Converter Bassemer ditentukan dengan mengontrol karbon yang
dikandungnya, serta jenis logam lain yang dicampurkan untuk membuat logam
aliasi.
2. Proses Open Hearth Furnace ( Proses
terbuka)
Tanur berupa piringan datar
yang besar. Pada dasar kolom telah ditempatkan oksida basa sepertiCaO atau MgO
yang nantinya akan berguna sebagai zat pengikat. Ke dalam tanur tinggi
dimasukan besi tuang, besi bekas dan batu kapur. Campuran gas pembakar dan
udara panas dilewatkan di atas piringan yang berisi besi cair ini. Sementara
diaduk maka akan berlangsung reaksi antara oksida-oksida pengotor dengan CaO
dan MgO menjadi kerak. Kelebihan proses ini adalah kualitas baja yang
dihasilkan mudah dikontrol kualitasnya secara terus menerus selama proses ini
berlangsung lama (8-10 jam ) sedangkan Proses Bassemer berlangsung cepat(15 menit).
3. Proses BOP (Basic Oxigen process)
Pada
proses ini, besi tuang dicampur dengan besi rongsokan. Besi tuang meleleh di
dalam besi tuang. Kedalam tanur dimasukan oksigen murni melalui pipa. Oksigen
murni ini akan membakar zat pengotor didalam cairan besi tuang. Batu kapur yang
sebelumnya dimasukan kedalam tanur akan mengikat zat pengotor ini menjadi
kerak.
Hingga
saat ini metode BOP banyak digunakan karena baja yang dihasilkan mutunya
tinggi, prosesnya cepat (20-30 menit), pengontrolan kualitas mudah dilakukan,
serta mudah mencampurkan logam-logam lain untuk membuat baja aliasi.
Terakhir ini dikembangkan
proses busur listrik untuk menghasilkan kualitas baja yang lebih baik lagi.
Struktur
Mikro Besi dan Baja
Besi
dan baja merupakan logam yang paling banyak dipakai sebagai bahan industri
karena nilai ekonominya, tetapi yang paling utama adalah sifat – sifatnya yang
bervariasi. Sifat dari bahan besi dan baja adalah lunak dan keras, yang mana
sifat – sifat ini yang dapat membantu dalam proses pembuatan dalam bentuk apa
saja dengan pengecoran. Dan dari unsur besi ini berbagai bentuk stuktur logam
dapat dibuat. Struktur mikro besi dan baja akan memperlihatkan bahwa unsure
paduan yang paling utama dalam pembuatan besi dan baja adalah karbon ( C ).
I. Diagaram fasa besi – karbon
Diagaram fasa besi – karbon
merupakan dasar dari bahan yang berupa besi baja. Selain itu, bahan besi baja
juga terkandung unsur yangh kurang lebih 0,25 % Si, 0,3 – 1,5 Mn dan unsur
pengotor lain seperti P, S, dsb. Karena unsur – unsur ini tidak begitu
memberikan pengaruh besar, maka diagram fasa tersebut dapat dipergunakan tanpa
menghiraukan unsure – unsur tersebut. Pad paduan besi karbon vterdapat fasa
karbida yang disebuut sementit atau grafit, grafit ini lebih stabil daripada
sementit. Dan berikut adalah gambar diagram Fe – Fe3C (sementit mempunyai kadar
C = 6,67% )
Keterangan :
A: Titik cair besi.
B: Titik pada cairan yang
ada hubungannya dengan reaksi peritektik.
H: larutan
padat δ yang ada hubungan dengan reaksi pereitektik. Kelarutan karbon masimum
adalah 0,10%.
J: Titik
peritektik. Selama pendinginan austenit pada komposisi J, fasa γ terbentuk dari
larutan padat δ komposisi H dan cairan pada komposisi B.
N: Titik trnsformasi dari
basi δ↔ besi γ,titik transformasi A4 dari besi murni.
C: Titik
eutektik. Selama pendinginan fasa γ dengan komposisi E dan sementara pada
komposisi F ( 6,67% C ) terbentuk dari cairan pada komposisi C. Fasa eutektik
ini leburit.
E: Titik yang menyatakan fasa
γ, ada hubungan dengan reaksi eutektiki.
Kelarutan maksimum dari
karbon 2,14%. Paduan besi karbon sampai pada komposisi ini disebut baja.
G: Titik
transformasi besi γ ↔ besi α. Titik transformasi A3 untuk besi.
P: Titik
yang menyatakan ferit, fasa α,ada hubungan dengan reaksi eutectoid. Kelarutan
maksimum dari karbon kira-kiara 0,02%.
S: Titik
eutectoid. Selama pedinginan,ferit pada komposisi P dan sementit pada komposisi
K ( sama dengan F ) terbentuk simultan dari austenit pada komnposisi S. Reaksi
eutectoid ini dinamakan transformasi A1, dan fasa eutectoid ini dinamakan perlit.
GS: Garis
yang nmenyatakan hubungan antara temperature dan komposisi , di mana mulai
terbentuk ferit dari austenit, dinamakan garis A3.
ES:
Garis yang mrnyatakan hubungan antara temperature dan komnposisi , dimana mulai
terbentuk sementit dari austenit, dinamakan garis Acm.
A2: Titik tranformasi
magnetik untuk besi atau ferit.
A0: Titik transformasi
magnetic untuk sementit.
Sedangkan baja yang
berkadar karbon sama dengan komposisi eutektoid dinamakan baja eutekioid, yang
berkadarckurang dari komposisi eutektoid dinamakan baja hipouetektoid, dan yang
berkadar karbon lebih dari komposisi eutectoid dinamakan baja hipereutektoid.
Gambar diatas menunjukkan
struktur mikro baja apabila baja didinginkan perlahan-lahan dari 50 – 100˚C
diatas garis GS (A3) dan garis Se (Acm) pada gambar digram
keseimbangan besi karbon. Pada baja eutectoid transformasi terjadi pada titik
S, menjadi struktur yang di sebut perlit. Pada baja hipoeutektoid terbentuk
fasa ferit mendekati besi murni yang komposisisnya sama dengan P dan perlit,
sedangkan pada baja hiperuetektoid terjbentuk perlit dan sementit pada batas
butir.
II. Perubahan struktur pada perlakuan panas
Besi dan baja diharapkan
mempunyai kekuatan statik dan dinamik,ulet,mudah diolah, tahan korosi dan
mempunyai sifatelektromagnetik.
Dilihat dari transformasi
,ada 3 macam baja:
1.
Baja
dengan titik transformasi A1,
beruapa ferit dibawah A1, dan austenit pada A3 atau di atas A1.
2.
Baja
dengan transformasi A1 di bawah temperature
kamar, berupa austenit pada temperatur kamar.
3.
Baja
dengan daerah austenit yang kecil, beruapa ferit sampai temperaturtinggi pada
daerah komposisi tertentu.
Baja yang tergolong ferit
pada temperatur kamar (dalam keseimbangan), dapat diproses menjadi berbagai
struktur dengan jalan perlakukan panas. Ferit mempunysi sel satuan kubus pusat
badan atau body centered cubic(bcc),menunjukkan titik mulur yang jelas mdan
menjadi getas pada temperature rendah. Austenit mempunyai sel satuan kubus
pusat muka atau face centered cubic(fcc) yang menunjukkan titik mulur yang
jelas tanpa kegetasan pada saat dingin. Martensit merupakan fdasa larutan padat
lewat vjenuh dari karbon dalam sel satuan tetragonal pusat badan atau body
centered tetragonal(bct).
Bainit
mempunyai sifat – sifat antara mertensit dan ferit.
|
Fasa
dan symbol
|
Struktur
|
Pengelasan
|
Menuruit
kristal
|
Austenit (γ)
Ferit (α)
Bainit (α)
Martensit (αʹ)
|
fcc
bcc
bcc
bct
|
Paramagnetik dan stabil pada
temperatur
Stabil pada temperatur
rendah,kelarutan padat terbatas, dapat bersama Fe3C(sementit)
atau lainnya.
Austenit metastabil didingankan
dengan laju pendinginan cepat tertentu. Terjadi hanya presipitasi Fe3C,
unsure pauduannya tetap larut.
Fasa metastabil terbentuk dengan
laju pendingan cepat , semua unsure paduan masih larut dalam keadaan padat.
|
Menurut
kedalaman
|
Perlit
Widmanstaetten
Dendrit
Sorbit
Trostit
|
|
Lapiasan
ferit dan Fe3C.
γ
dan α dalam orientasi pada persipitasi ferit.
Berbentuk
cabang – cabang seperti pohon , struktur inij terbentuk karena segregasi
karbon pada pembekuan.
Sorbit
adalah perlit halus dan trosit adalah bainit. Nama ini tidak banyak dipakai.
|
Faktor – factor yang
mempengaruhi sifat – sifat mekanik adalah macam fasa, kadar unsure paduan dalam
fasa, banyak fasa, ukuran dan bentuk senyawa
BAB
II
Kesimpulan
Bahwa pada mulanya besi berasal
dari bebatuan luar angkasa yang jatuh ke bumi
berupa bijih besi yang mengandung beberapa unsur – unsur kimia. Dan
kemudian diproses kembali dengan beberapa macam - macam besi dan alat yang di gunakan dalam
proses tersebut adalah Tanur dengan cara di panaskan besi tersebut dengan suhu
tertentu. Tetapi dengan berjalannya waktu, besi kemudian di olah kembali dengan
tambahan campuran unsure kimia berupa Carbon ( C ) dan terbetuklah Baja yang
mana kekerasannya lebih kuat daripada besi dan lebih tahan lama. Walaupun
seiring perubahan zaman/globalisasi namun penggunaan kedua logam ini masih ada
dalam aktivitas khususnya kehidupan manusia.
BAB
III
Penutup
Demikian makalah yang kami buat tentang
material teknik unsur logam besi dan baja, belum sempurna memang, akan tetapi
semoga yang telah kami sampaikan ini dapat memberikan manfaat untuk kita
bersama.
Daftar
Pustaka
Proses
pembuatan Besi .staff.ui.ac.id/internal/.../proses_pembuatan_besi.pdf
Proses
pembuatan besi dan Baja .www.scribd.com/doc/9668091/Proses-Pembuatan-Besi-Dan-Baja
Bab.
1Besi dan Baja. elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/...baja/bab1_besi_dan_baja.pdf
Lampiran
1
Gambar 1. Konverter
Bassemer
Gambar 2. Open Hearth Steel
furnace
Lampiran 2
Gambar 3. Tanur Basic Oxygen Process
Gambar 4.
Basic Oxygen Process
terimakasih, informasinya sangat membantu saya yang sedang merintis usaha dalam bidang fabrikasi
BalasHapustrolley stainless murah
pot bunga stainless unik dan elegant
meja stainless kokoh
terimakasih pak izin share ya
BalasHapusPengrajin tiang antrian stainless